News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Cangkru'an Sebagai Media Komunikasi Antar Relawan

Cangkru'an Sebagai Media Komunikasi Antar Relawan

Sidoarjo pintubatu.com - Kebiasaan cangkruk yang digelar berbagai komunitas relawan secara berkala, tanpa disadari merupakan media belajar berkomunikasi antar relawan yang dilakukan secara non formal. Baik itu tempatnya, materinya, pesertanya maupun pemantiknya. Sehingga acara cangkruk bersama ini perlu diagendakan secara berkala dan bergantian.

Ya, cangkruk bersama sambil nyruput kopi dan nyakoti gorengan adalah upaya relawan untuk memunculkan gagasan membangun sinergi dan kolaborasi dalam suasana santai dan gembira, tanpa harus menghasilkan sebuah keputusan yang mengikat.

Hal ini tampak pada acara cangkruk’an yang diselenggarakan oleh komunitas relawan bencana, emergensi dan sosial, yang ada di daerah Medeng, Kabupaten Sidoarjo, Sabtu (02/08/2023), 
Acara cangkruk’an yang digelar di halaman Puskesmas Medaeng berlangsung penuh keakraban. Semua aktif berbagai cerita sambil nyruput kopi panas yang disediakan tuan rumah yang sangat ramah. Duduk bersama untuk saling  memunculkan gagasan kreatif yang dapat ditindak lanjuti dalam bentuk kegiatan kolaboratif.

Prayogi, dari Posko Bersama Relawan Surabaya, berkenan berbagi cerita tentang peraturan kepala (Perka) BNPB nomor 17 tahun 2011 tentang relawan penanggulangan bencana. Juga berbagi cerita tentang pengalamannya berkecimpung dalam melakukan kerja-kerja kemanusiaan. Baik itu dalam membantu BPBD Surabaya menangani kebakaran, korban tenggelam di Sungai, maupun melakukan sosialisasi pengurangan risiko bencana.
“Dalam melakukan kegiatannya, relawan wajib berkoordinasi dengan BPBD agar tidak terjadi miskomunikasi. Relawan juga harus menjaga sikap yang baik agar tidak menimbulkan kesalah pahaman, sehingga dipandang sebelah mata oleh khalayak,” ujar Prayogi.

Dikatakan pula bahwa cangkruk berasama itu dapat membangun keakraban antar komunitas relawan. Lewat cangkruk bersama, ada banyak hal bisa dibahas dan dicarikan jalan keluarnya, khususnya masalah komunikasi, dan koordinasi untuk mengurangi egosektoral.

“Cangkruk bersama ini juga dapat membuka peluang bisnis antar relawan. Paling tidak saling berbagi informasi lowongan pekerjaan. Tidak menutup kemungkinan dengan cangkruk bersama ketemu jodoh,” kata nDan Yogi, sapaan akrab pria berkulit sawo matang ini.

Supeno, relawan Sidoarjo yang juga aktif di kegiatan Jamaah LC, bercerita tentang pengalaman masak di tenda dapur umum, menyiapkan konsumsi untuk para pengungsi korban bencana. Menurutnya, yang terlibat di dapur umum harus memperhatikan menu yang akan disajikan yang berbeda antara menu orang sehat dengan menu untuk kelompok rentan. Seperti orang tua, orang sakit, ibu hamil, difabel, dan lainnya.
Ada juga yang mengomentari masalah keberadaan gender, difabel dan inklusi sosial (kelompok marginal) yang harus dilibatkan sejak saat pra bencana, tanggap bencana, dan pasca bencana. Harus memperhatikan kearifan lokal yang berlaku jika harus melibatkan mereka. 

Jangan sampai keterlibatan mereka malah mengganggu proses penanggulangan bencana yang efisien, efektif, dan terukur. Jika harus dilibatkan seperti yang ada di dalam dokumen gedsi, maka pemerintah setempat yang membidanginya harus hadir, untuk memahamkan semua pihak akan kehadiran mereka, pungkasnya. [eBas]

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment