News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Pentingnya Program Sosialisasi Masyarakat Tangguh Bencana Di Kota Surabaya

Pentingnya Program Sosialisasi Masyarakat Tangguh Bencana Di Kota Surabaya



Surabaya pintubatu.com - Salah satu pengurus Jamaah LC (lorong education) Surabaya, Edi Basuki, mendorong para pengurus komunitas relawan kemanusian untuk turut serta melakukan upaya sosialisasi pengurangan risiko bencana di Kota Surabaya. Hal ini disampaikan Edi Basuki lewat sambungan selulernya pada saat jagongan Rabu (07/06/2023), malam. 

Sebagaimana diketahui, Kota Surabaya itu ancaman bencananya berupa bencana banjir dan kebakaran. Namun hasil dari penelitian pusat studi gempa nasional (PUSGEN), menyatakan bahwa Kota Surabaya memiliki dua sesar/patahan yang berpotensi gempa besar.

Dari ancaman bahaya bencana itulah, komunitas relawan hendaknya dapat membantu Pemerintah Kota  Surabaya / BPBD Kota Surabaya, untuk melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat agar tumbuh kesadaran bahwa ada potensi bencana di daerahnya. Hal ini mengingat bahwa bencana itu urusan bersama. Bukan urusannya pemerintah saja.


Seperti yang dikatakan oleh Gatot Soebroto, Kepala BPBD Provinsi Jawa Timur, bahwa dalam upaya pengurangan risiko bencana (PRB) perlu dukungan semua pihak melalui program yang sudah ada. Seperti program destana yang benar-benar berdaya dalam rangka membangun ketangguhan masyarakat.

“Dengan kapasitas yang kita miliki, hendaknya bisa turut serta melakukan komunikasi, informasi, dan edukasi untuk PRB, yaitu upaya mengurangi ancaman dan kerentanan, serta meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menghadapi bencana,” kata Edi Basuki, yang biasa dipanggil Ebas.


Terkait dengan kegiatan sosialisasi PRB, Erick Alfian, salah seorang penggerak Lorong Education, menceritakan tentang pelaksanaan program SPAB di SD Al-Ichsan dan di Panti Asuhan Yatim Piatu Muhammadiyah, serta di PAUD, semuanya berada di Kota Surabaya.

“Kedepan, kita mencoba berkolaborasi dengan para pihak untuk mengadakan kegiatan serupa dengan sasaran kelompok masyarakat, dan jika memungkinkan akan mengadakan pelatihan fasilitator SPAB bagi relawan,” tambah Alfian pria yang juga aktif di Inavor dan pemanfaatan barang bekas.

Terkait dengan sosialisasi PRB melalui program SPAB, menurut Ebas, materinya dipilih yang mudah dimengerti oleh sasarannya. Artinya, tidak semua modul yang ada itu diberikan dalam waktu yang singkat. Pilihlah yang diperlukan dalam rangka membuka wawasannya akan pentingnya PRB. Misalnya ajak diskusi untuk mengenali potensi bencana yang ada di daerahnya, apa penyebabnya dan bagaimana upaya mengatasi bencana yang dilakukan selama ini.


“Setelah mereka mampu menemukenali potensi bencana yang ada di daerahnya, ajak mereka membuat peta rawan bencana, membuat rambu-rambu evakuasi dan menentukan tempat evakuasi sementara. Itu saja sudah cukup, menurut saya,” tambahnya.

Baru setelah mereka paham, diadakan lagi edukasi untuk menyusun dokumen kebencanaan yang diperlukan. Termasuk membentuk tim siaga bencana yang melibatkan berbagai pihak yang ada di daerahnya (relawan lokal). 

“Syukur-syukur jika kemudian di daerah tersebut bisa diajukan menjadi salah satu penerima program destana. Baik yang dibiayai oleh APBN, maupun APBD,” pungkasnya mengakhiri acara jagongan malam. [Rif]

 

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment