News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Peran Relawan Dalam Membumikan Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB)

Peran Relawan Dalam Membumikan Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB)


Pintubatu Jawa Timur - Salah satu dari empat prioritas aksi kerangka kerja Sendai adalah meningkatkan kesiapsiagaan bencana untuk respons yang efektif, dan membangun kembali dengan lebih baik dalam pemulihan, rehabilitasi dan rekonstruksi.

Tujuannya agar pemerintah dan masyarakat yang memiliki kapasitas, dapat merespons bencana dengan efektif secara mandiri dan mampu melenting balik setelah kejadian bencana serta membangun kehidupan yang lebih baik.


Salah satu programnya adalah melalui Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB), yang dilaksanakan untuk meningkatkan kemampuan sumber daya di satuan pendidikan (pendidik, tenaga kependidikan, dan peserta didik) dalam menanggulangi dan mengurangi risiko bencana.

Namun perlu diketahui bersama bahwa upaya membumikan program SPAB ini tidaklah mudah. Banyak kendala yang berkelindan dimana untuk mengurainya semua elemen pentahelix harus mau duduk bersama.

Disini hanya dicontohkan beberapa kendala. Seperti, bencana masih dipandang sebagai hal yang bukan prioritas dan sudah ada yang menangani. Sekolah  masih menunggu petunjuk dan arahan dari atasan untuk menyelenggarakannya, dari pada berinisiatif namun disalahkan.


Kemendikbud ristek, melalui Permendikbud nomor 33 tahun 2019, tentang SPAB, namun nyatanya masih sedikit sekolah yang berani melakukannya. Biasanya, baru dilakukan jika ada yang mendanai. 

Sementara itu, tenaga fasilitator pendamping program SPAB yang dibentuk pemerintah masih sedikit dan belum banyak dimanfaatkan untuk melaksanakan program SPAB.

Berdasarkan fenomena diatas, perlu upaya masif untuk mengenalkan konsep pengurangan risiko bencana kepada masyarakat, dalam rangka mengurangi kerentanan dan membangun ketangguhan, dengan melibatkan secara aktif komunitas relawan.

Hal ini sejalan dengan pesan Perka BNPB No. 17 tahun 2011, dimana salah satu peran yang bisa dimainkan adalah, melakukan penyuluhan tentang pengurangan risiko bencana, mengadakan gladi dan simulasi penanganan darurat bencana.


Seperti diketahui, banyak komunitas relawan yang setia melakukan kerja-kerja sosial, yang berhubungan dengan kemanusiaan dan upaya pelestarian alam. Hasilnya pun benar-benar dirasakan oleh mereka yang menjadi penerima manfaat.

Di sisi lain, beberapa komunitas relawan telah mencoba berjalan sendiri melakukan aksi edukasi kebencanaan ke berbagai kelompok masyarakat, dengan segala gaya dan kemampuannya. Sehingga tampak keberagamannya. 

Tidak ada salahnya jika keberadaan komunitas relawan yang jumlahnya puluhan itu dirangkul untuk diajak serta membangun kesadaran akan pentingnya budaya tangguh bencana bagi masyarakat. Khususnya mereka yang berdomisili di kawasan rawan bencana.


Pertanyaannya kemudian, siapakah yang mempunyai kemampuan merangkul komunitas relawan dalam upaya mensukseskan program pemerintah di bidang kebencanaan, seperti SPAB, Destana (Desa Tangguh Bencana), dan Katana (Keluarga Tangguh Bencana)?

Semoga dalam hingar bingar perayaan hari kesiapsiagaan bencana tahun 2023 ini, muncul gagasan cantik memberdayakan komunitas relawan, sebagai salah satu elemen pentahelix, dalam kerja-kerja pengurangan risiko becana lewat program SPAB. Salam Tangguh. [eBas]


Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment