News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Menjadi Relawan Itu Panggilan Kemanusiaan

Menjadi Relawan Itu Panggilan Kemanusiaan

 


Semua pasti paham, setiap ada bencana, relawan dari berbagai daerah selalu hadir di lokasi untuk melakukan apa yang bisa dilakukan. Ya, berbagai komunitas relawan selalu tergerak jiwa kemanusiaannya untuk menolong sesamanya. Pertanyaannya, siapa yang menggerakkan mereka, atau siapa yang memobilisasi mereka untuk turun ke lokasi?

Semua juga paham bahwa BNPB dan BPBD mempunyai program Desa Tangguh Bencana (Destana), Keluarga Tangguh Bencana (Katana), dan Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB). Belum lagi lembaga lain juga memiliki program yang hampir sama dengan nama berbeda.


Alangkah idealnya jika warga yang telah mengikuti program tersebut bisa didayagunakan oleh BPBD dalam upaya pengurangan risiko bencana maupun penanggulangan bencana, dengan segala kapasitas yang telah dimiliki.

Sebagai “warga terlatih” tentulah mereka telah banyak berkomunikasi dengan pihak BPBD maupun lembaga lain yang “memfasilitasi” sehingga akan mudah dikoordinir dan dimobilisasi untuk membantu melakukan evakuasi, mendirikan tempat pengungsian, membantu distribusikan logistik, melakukan layanan dukungan psikososial, dan layanan lainnya yang bisa dilakukan.

Aktor-aktor lokal inilah yang perlu diberi kesempatan untuk mengimplementasikan kapasitasnya. Didorong tampil ngurusi daerahnya sendiri, sebelum relawan dari luar berdatangan dengan segala kemampuan dan bantuan yang dibawanya. Ya, aktor lokal harus diberi panggung untuk berkiprah.


Memang sulit mencegah komunitas relawan dari luar daerah, yang atas nama kemanusiaan, datang mengulurkan tangan membantu sesama. Dan nyatanya kehadiran mereka sangat membantu BPBD, aktor lokal, dan warga yang menjadi korban bencana.

Apalagi yang datang itu relawan dari lembaga donor yang membawa berbagai barang bantuan yang sangat dibutuhkan oleh warga terdampak. Seperti memberikan tikar, makanan siap saji, obat-obatan, alat permainan untuk anak, bantuan alat masak, penyediaan fasilitas MCK, dan tenda anak, serta lainnya yang belum tersedia di gudang posko utama.

Tinggal bagaimana petugas yang terlibat dalam Sistem Komando Penanganan Darurat Bencana (SKPDB) bisa mengelola keberadaan relawan agar terjadi percepatan penanganan bencana. Mulai dari upaya mempercepat pertolongan kepada korban, mempercepat pencarian korban meninggal, dan melakukan pendataan untuk bahan jitupasna (pengkajian kebutuhan pasca bencana).


Begitulah relawan dengan segala keberadaannya. Walaupun tidak memiliki sumber dana yang jelas, atas nama kebersamaan, mereka berusaha “saweran” untuk mendanai kegiatannya. Memang mereka tidak ada yang membiayai, namun mereka percaya Tuhan Maha Kaya dan lewat tangan orang lainlah Tuhan memberi bantuan.

Ya, atas nama panggilan kemanusiaanlah, relawan turun ke lapangan tanpa bisa dicegah, dan sering kali enggan untuk dipilah-pilah dalam klasterisasi. Mereka cepat beradaptasi untuk segera melakukan aksi, kemudian meninggalkan lokasi ketika tugas telah selesai.

Terkait dengan relawan, konon, Dr. AS. Toha, entah siapa dia, mengatakan bahwa relawan itu datang tidak diundang, pulang tidak diantar. Hanya Allah SWT yang menggerakkan. Relawan datang ke lokasi bagai airbah yang membantu menangani musibah dengan tabah tanpa berharap hadiah. [eB]


Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment