News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Kekecewaan Pasca Pemilu, Akan Menjadi Ancaman Demokrasi

Kekecewaan Pasca Pemilu, Akan Menjadi Ancaman Demokrasi

 

 Dr. Achmad Imron Rozuli, M.Si  saat menyampaikan materi

Kota Batu Jawa Timur – Sosialisasi Peraturan Pengawasan Penyelenggaraan Pemilu tahun 2024 dengan tema strategi pencegahan dan pengawasan pada Pemilu 2024 Bawaslu Kota Batu menghadirkan narasumber dari unsur akademisi. Dr. Achmad Imron Rozuli, M.Si Narasumber dosen Universitas Brawijaya Malang menyampaikan materi Populisme versus Gerakan Pengawasan Pemilu Partisipatif, mencari format ideal Gerakan Masyarakat Sipil Mengawal Demokrasi Indonesia Rabu (21/12/2022) bertempat di In Villa Garden Resort Jl. Mawar 30-32 Songgokerto Batu. Yang diikuti Ketua dan Sekretaris Partai Politik se Kota Batu, Ketua dan Anggota panwaslu Kecamatan, serta Staf Pelaksana Panwaslu Kecamatan.

Populisme adalah sejumlah pendekatan politik yang dengan sengaja menyebut kepentingan "rakyat" yang sering kali dilawankan dengan kepentingan suatu kelompok yang disebut "elit". Populisme mempunyai berbagai macam definisi, dan istilah ini sendiri berkembang pada abad ke-19 dan semenjak itu maknanya berubah-ubah. Di Eropa, tidak banyak politikus atau partai yang menggambarkan diri mereka sebagai populis. “Pertarungan Pemilu tahun 2024 terkait gejala Populisme, merupakan saudara kembar Demokrasi berperan antagonis baik masyarakat dan peserta Pemilu. Langkahnya menyetarakan peserta Pemilu dengan masyarakat pemilih.” tuturnya.


‘Suara dari rakyat untuk rakyat, ketika kekuasaan sudah didapat akan muncul gap yang berkuasa dengan yang tidak berkuasa ada kesenjangan. Masyarakat membaca media sosial tentang kekuasaan dalam waktu singkat, terjadi dalam ruangan transparan. Publik merasa tidak terajak dalam kekuasaan, rakyat tertinggal dalam proses kekuasaan. Akan muncul kecemburuan sosial yang mengeras menjadi kekecewaan, sehingga menimbulkan gerakan perlawanan pro rakyat. Yang akan memanfaatkan masyarakat yang tertinggal tersebut dengan pro rakyat, sehingga menguntungkan para peserta Pemilu, “tambahnya.

“Kekecewaan akan jadi ancaman demokrasi. Karakter publik, merebaknya medsos dan survei 2022, populasi di dominasi platform digital. Fikiran masyarakat 40% diasuh medsos sehingga pragmatis, setiap orang bisa mencapai ini itu. Kira-kira terjadi, tokoh politik memilih jalan populisme. Setiap orang akan mendekati masyarakat. Simbol populisme dekat dengan simbol keagamaan, simbol sensitifitas publik supaya akan dipilih. Masyarakat lebih suka sebagai penerima sedekah politik. Pihak yang akan dipilih akan mengikuti tendensi pemilih. Sedekah politik, tukar menukar politik. Saya pernah mendengar Calon Bupati memberikan sedekah berharap surga dan juga berharap suara. Populisme berpihak pada rakyat, lini yang harus dicermati oleh pengawas Pemilu.” pungkasnya. (Erwin)


Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment