News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Hebatnya Kepemimpinan Perempuan Dalam Membangun Resilensi

Hebatnya Kepemimpinan Perempuan Dalam Membangun Resilensi


Asosiasi LBH (Lembaga Bantuan Hukum) APIK Indonesia bersama LBH APIK Sulsel, Planas PRB, Kalyanamitra, Migrant Care, KPI, dan Dompet Dhuafa menggelar webinar Senin (24/10/2022), dengan tema Kepemimpinan Perempuan Membangun Resiliensi Pangan Berbasis Potensi Lokal. Moderatornya Risni, dari Forum PRB DKI Jakarta.

Dalam arahannya, panitia mengatakan bahwa Pandemi Covid 19 sejak akhir tahun 2019 telah memukul ekonomi berbagai negara sehingga berdampak pada kehidupan sosial-ekonomi masyarakat. Perempuan menghadapi risiko yang lebih besar dihampir setiap terjadinya bencana alam, konflik, Pandemi, dampak dari perubahan iklim, maupun ekonomi yang tidak lepas dari penajaman dampak dari relasi gender yang tidak adil. Misalnya terjadinya kekerasan seksual, hambatan akses hak dasar, juga kehilangan pekerjaan. 

Melihat situasi yang demikian, beberapa tokoh perempuan mencoba menggalang ibu-ibu dan anak perempuan setempat, bangkit dari kepasrahan, membenahi keadaan dengan inisiatif membangun resiliensi pangan berbasis potensi lokal. 

Dalam webinar ini para “tokoh perempuan” menceritakan bagaimana upaya dan strategi yang dilakukan untuk membentuk kelompok pemberdayaan perempuan di desa dan pesisir dengan memanfaatkan potensi lokal, termasuk mengembangkan koperasi.

Nuraeni dari LBH APIK Sulawesi Selatan mengatakan, pada awalnya mengajak perempuan membangun kesadaran untuk maju bersama mendirikan sekolah perempuan pesisir dengan berbagai kegiatan yang saling menguatkan. Diantaranya membuat usaha makanan berbasis hasil laut dan mendirikan Koperasi Nelayan.

“Agar produk kami laku di pasaran, kami melakukan penjualan door to door, juga menitipkan di warung dan koperasi, maupun penjualan secara online, keuntungannya dari usah digunakan untuk kegiatan sosial,” ujar Nuraeni.


Sementara Asiah, dari kelompok penggerak petani ramah lingkungan di Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat mengatakan bahwa kelompoknya, disamping menanam padi, juga mencoba menanam sayuran untuk diversifikasi pertanian dalam rangka membangun ketangguhan pangan, khususnya bagi anggota kelompok, sisanya baru dijual kepada warga.

“Kami juga mengajak anggota untuk menyisihkan hasil panennya untuk disimpan di lumbung sebagai cadangan pangan,” tambahnya.

Para tokoh perempuan ini juga mencoba mencari dukungan pendanaan dari berbagai sumber untuk memperkuat upaya pemberdayaan perempuan dalam rangka membangun resiliensi yang lebih luas. Termasuk berpartisipasi membangun resiliensi menghadapi potensi bencana yang ada di daerahnya.

“Kerja-kerja mereka ini perlu kiranya disuarakan melalui berbagai media yang ada, agar bisa di adopsi oleh berbagai aktor lokal di berbagai daerah dalam rangka pengurangan risiko bencana secara mandiri. Tentunya setelah disesuaikan dengan potensi dan kearifan lokal setempat,” kata Moderator, mengakhiri webinar. [eB]

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment