BPBD Kota Surabaya Semakin Peduli Kepada Relawan Dengan Peningkatan Kapasitas SDM
Kota Surabaya Jawa Timur - Akhirnya di tahun 2022,
yang bershio macan, BPBD Kota Surabaya terbentuk dan menempati bangunan yang
dulu digunakan untuk kantor Dinas Tenaga Kerja. Sejak berubah dari BPBL (Badan Penanggulangan
Bencana dan Perlindungan Masyarakat), BPBD mulai memprogramkan lagi kegiatan
pembinaan potensi relawan Kota Surabaya, yang sempat terhenti karena pandemi
covid-19.
Untuk itulah pada Senin (27/06/2022), bertempat di Aula
lantai dua, BPBD Kota Surabaya, diselenggarakan pelatihan Pencegahan dan Mitigasi
Bencana Kota Surabaya. Kegiatan ini diikuti oleh 10 organisasi relawan yang ada
di Kota Surabaya.
Dalam sambutan pembukaan, Ridwan Mubarun, selaku Plt Kepala
BPBD Kota Surabaya mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan upaya meningkatkan
kapasitas relawan yang ada di Surabaya, dimana selama ini telah banyak
berkegiatan secara mandiri membantu pemerintah di bidang kebencanaan, termasuk
dalam menangani kecelakaan lalu lintas.
Dikatakan pula bahwa relawan itu bekerja menolong sesama tanpa pamrih. Militansinya sangat luar biasa dalam membantu masyarakat tanpa kenal waktu. Untuk itulah, kedepan harus ada kegiatan yang melibatkan seluruh potensi relawan agar semakin kenal antar satu relawan dengan relawan lainnya. Misalnya, dalam bentuk diklat bersama.
“Mengingat bahwa bencana adalah urusan bersama, maka,
menurut saya relawan itu harus dekat dengan BPBD melalui komunikasi yang
harmonis. Kegiatan ini juga sebagai momentum sambung rasa antara relawan dan
BPBD, agar mudah berkoordinasi dan mobilisasinya,” katanya penuh semangat.
Budi Santoso, dari PMI, dalam paparannya mengatakan bahwa pengertian
pertolongan pertama adalah pemberian pertolongan segera kepada penderita atau
korban cedera yang memerlukan tindakan medis dasar. Sementara, pengertian medis adalah tindakan perawatan berdasarkan
ilmu kedokteran yang dapat di miliki oleh orang awam.
Pada paparan yang lain, dikatakan bahwa pelaku pertolongan
pertama adalah mereka yang pertama kali tiba di tempat kejadian serta yang
memiliki kemampuan dan terlatih dalam penanganan medis dasar. Dikatakan pula
kewajiban pelaku pertolongan pertama adalah, keselamatan diri, tim, penderita,
dan orang di sekitarnya, dapat menjangkau penderita, mengenal dan mengatasi
masalah yang mengancam nyawa, meminta bantuan/rujukan, memberikan pertolongan cepat
dan tepat, membantu penolong lainnya, menjaga kerahasiaan medis, dan
berkomunikasi dengan petugas lain yang terlibat.
Masih kata pria yang pernah jadi relawan sebelum menjadi narasumber, perlu juga diperhatikan tentang kwalifikasi penolong, diantaranya, jujur dan bertanggung jawab, berlaku profesional, dan memiliki kemampuan bersosialisasi.
Sedangkan tujuan
pertolongan pertama adalah, berupaya Menyelamatkan jiwa, Mencegah cacat,
serta Memberi rasa nyaman yang dapat menunjang proses penyembuhan.
Sementara, Pungki, narasumber ke dua, menjelaskan teknik head
tilt chin lift dan teknik jaw thrust untuk membantu memperlancar
pernafasan. Dalam paparannya juga membahas tentang pemeriksaan fisik korban,
seperti apakah ada perubahan bentuk pada bagian tubuh korban, apakah ada luka
terbuka, apakah korban merasakan nyeri saat diraba tubuhnya, dan apakah ada
bengkak pada tubuh korban. Ini penting untuk memberikan perlakuan.
Narasumber terakhir adalah dokter Wira. Dalam paparannya dia lebih banyak menceritakan tentang anatomi tubuh. Seperti otot, kulit, tulang, pembuluh darah, otak, serta sistem pernafasan dan pencernakan.
Kegiatan yang diselenggarakan selama tiga hari, Senin sampai Rabu, (27 s/d 29/6/ 2022), untuk hari pertama diisi denga teori. Sedangkan hari ke dua dan ke tiga akan diisi dengan praktek. Dimana, peserta nanti akan dinilai, termasuk penilaian melalui pretest dan posttest. Ini dilakukan untuk melihat apakah peserta sudah layak diberikan sertifikat kemampuan memberikan pertolongan, atau sekedar sertifikat tanda pernah mengukuti pelatihan. [eB]
Post a Comment