News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

BPBD Provinsi Jawa Timur Adakan Rakor Penanganan Darurat Bencana Di Jawa Timur

BPBD Provinsi Jawa Timur Adakan Rakor Penanganan Darurat Bencana Di Jawa Timur

Malang Jawa Timur – Rapat Koordinasi (Rakor) Penanganan Darurat Bencana di Jawa Timur yang diselenggarakan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jatim sebagai upaya menyiapkan diri untuk mengantisipasi potensi bencana hidrometeorologi dimasa depan yang mungkin terjadi, dengan melibatkan semua elemen pentahelix.

Kegiatan yang diselenggarakan di Hotel Savana Kota Malang ini digelar selama 3 hari (18 s/d 20/5/2022) dihadiri DR. Lilik Kurniawan, S.T, M.Si. Sestama BNPB, Mayor Jenderal TNI Prof. Dr. Syamsul Maarif, M.Si, Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Provinsi Jawa Timur, Kalaksa BPBD Kabupaten Kota Se Jawa Timur dan Catur Sudharmanto (Mbah Dharmo) Sekjend Forum PRB Jatim beserta Perwakilan Pengurus Forum PRB Jatim.


Tujuan Rakor tersebut untuk meningkatkan koordinasi dan kapasitas dalam rangka membangun ketangguhan semua elemen pentahelix sebagai upaya menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) dan sarana prasarana dalam menghadapi situasi kedaruratan.

"Ancaman bencana yang terus meningkat di Jawa Timur kiranya perlu upaya penanganan secara terpadu dan terkoordinir antar Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota melalui pendekatan pentahelix yang bersifat kolaboratif," kata Sriyono,  Kasi Kedaruratan BPBD Provinsi Jatim dalam sambutannya.

Dalam kesempatan ini Lilik Kurniawan, Sekretaris Utama (Sestama) Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)  mengatakan bahwa UU No. 24 tahun 2007 perlu semakin dipahami oleh para pihak sebagai representasi pemerintah melindungi seluruh masyarakat Indonesia dari bencana dengan melibatkan seluruh potensi masyarakat dalam rangka menciptakan kesiapsiagaan menghadapi bencana.


Sementara Prof Syamsul Ma’arif dalam paparannya mengingatkan akan pentingnya kepemimpinan krisis dalam menghadapi bencana dan perlunya semua pihak memahami Peraturan Kepala (Perka) BNPB agar dapat menjalankan upaya Penanggulangan Bencana (PB) dan Pengurangan Risiko Bencana (PRB) dengan baik cepat tepat efisien dan terukur. Bagaimana seharusnya menjadi pemimpin, seni memimpin, Sapalibatisme, multi helix triple helix dan penthaelix? Budaya kerja dan kearifan lokal dalam Penanganan Bencana. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan dan kesiapan di dalam era digital.

Prof Syamsul juga mengingatkan, “Penanggulangan bencana itu berbeda antara satu daerah dengan daerah lain, walaupun bencananya sama, hal ini karena berbagai faktor yang mempengaruhi, termasuk faktor politik lokal, budaya lokal, SDM dan kearifan lokal yang berlaku disitu.”

“Model kepemimpinan krisis itu harus komunikatif, terpercaya, tegas, berani, gigih, mengedepankan kerjasama tim, berfikir integral, peka terhadap situasi anak buah, lingkungan dan warga terdampak, dan memiliki kecerdasan emosi yang tinggi dalam mengendalikan situasi, “ tambah Prof Syamsul.


Lilik Kurniawan, Sekretaris Utama (Sestama) BNPB dalam arahannya juga berharap bahwa ketika nanti BPBD menggelar apel kesiapsiagaan hendaknya pesertanya dikumpulkan per klaster, yang dipimpin oleh OPD yang membidanginya, bukan per instansi. Misalnya klaster pencarian  dipimpin oleh Basarnas dengan anggota semua potensi SAR (Search And  Rescue) dari berbagai unsur dan komunitas.

Yudi, peserta dari Kabupaten Blitar mengatakan bahwa giat ini sangat bermanfaat untuk menambah wawasan sebagai bahan penyusunan kebijakan Penanggulangan Bencana (PB) dan Pengurangan Risiko Bencana (PRB) di daerah. Sedangkan Winanto, juga salah satu peserta Rakor mengatakan  bahwa giat ini sangat baik untuk menumbuhkan sikap saling pengertian antar elemen pentahelix  dalam melaksanakan giat PB dan PRB.

 

Pewarta               : Edy Basuki

Editor                    : Arif Erwinadi

 

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment