Bisakah Forum PRB Membangun Keluarga Tangguh Bencana?
Keluarga tangguh bencana atau sering disebut dengan KATANA
menjadi isu utama BNPB dalam meningkatkan pengetahuan masyarakat terkait
bencana dari struktur organisasi terkecil. Program KATANA ini juga banyak
dikampanyekan oleh organisasi non pemerintah bidang bencana.
Untuk itulah, konon, Hari Kesiapsiagaan Bencana (HKB)
Nasional 2022 ini, badan nasional penanggulangan bencana (BNPB) mengambil tema
"Keluarga Tangguh Bencana (KATANA) Pilar Bangsa Menghadapi Bencana".
Pesan utama yang dibawa adalah "Siap Untuk Selamat". Hal ini mengingat
bahwa, upaya penanggulangan bencana bukan hanya tugas pemerintah, melainkan
tanggung jawab kita bersama.
"Peringatan HKB adalah media untuk meningkatkan kesadaran dan kemampuan kita sebagai bangsa, khususnya masyarakat yang ada di daerah rawan bencana, untuk meningkatkan kapasitas dalam menghadapi bencana," kata Suharyanto, Kepala BNPB dalam konferensi pers Menuju Puncak Peringatan Hari Kesiapsiagaan Bencana 2022 di Pendopo Bupati Sleman, Senin (25/04/2022).
Suharyanto juga menjelaskan bahwa peran aktif seluruh pihak
pentaheliks (pemerintah, dunia usaha, akademisi, masyarakat, dan media) sangat
penting untuk keefektifan pengurangan risiko bencana (PRB). Artinya, masyarakat
harus bisa berpartisipasi dalam meningkatkan kapasitas, mulai dari tingkat
individu, keluarga, hingga komunitas.
Forum pengurangan risiko bencana (FPRB) sebagai wadah
pentahelix dalam upaya pengurangan risiko bencana hendaknya “tergelitik” dengan
penjelasan Jendral Suharyanto, untuk kemudian merapatkan barIsan, menyusun
strategi untuk beraksi “membina” KATANA, agar meningkat kapasitasnya dalam
membangun kesiapsiagaan menghadapi bencana.
Pertanyaannya kemudian, apa bentuk sumbangsih para pihak (pentahelix, yang konon sudah berubah dengan istilah multihelix)? Apakah cukup dengan sibuk di fase tanggap darurat dengan penggalangan donasi dari berbagai pihak untuk membantu warga terdampak (karena lambannya bantuan dari pemerintah)?
Bagaimana jika dikaitkan dengan visi FPRB yang diantaranya
adalah Memastikan Pembangunan Daerah Berbasis Pengurangan Risiko Bencana,;
Memastikan kelembagaan penanggulangan bencana dapat bersinergi dengan baik,
antara BPBD dengan OPD, antara
pemerintah daerah dengan masyarakat dan lembaga usaha,; Memastikan anggaran
penanggulangan bencana cukup digunakan dalam penanggulangann bencana sesuai
dengan risiko bencana di daerahnya,; dan Memastikan pemberdayaan
masyarakat dilakukan di daerah dalam
membangun ketangguhan terhadap bencana.
Sebuah pertanyaan yang tidak mungkin terjawab dalam sekali pertemuan.
Termasuk program KATANA yang konon menjadi salah satu indikator keberhasilan
program DESTANA.
Semua ini memerlukan proses panjang yang harus dibangun
lewat pertemuan yang berkelanjutan dalam rangka menyamakan pemahaman tentang
pentingnya FPRB sebagai mitra kritis BPBD di bidang kebencanaan.
Alangkah eloknya jika program yang disusun oleh pengurus
Forum PRB, seperti SDSB dan Sapa Destana itu, bisa dilaksanakan secara Bersama-sama
oleh seluruh unsur pentahelix, sehingga harapannya Pak Jendral bisa terlaksana.
Termasuk dalam upaya membangun KATANA.
Konon, dalam berbagai kesempatan, BNPB selalu mengatakan bahwa KATANA merupakan upaya membangun kesadaran, pengetahuan dan keterampilan tentang penanggulangan bencana di lingkungan keluarga, dalam rangka menumbuhkan budaya tangguh bencana.
Dikatakan pula bahwa, terdapat 5 pilar katana yaitu, pertama
anggota keluarga memahami ancaman dan risiko bencana di sekitarnya. Kedua
anggota keluarga memahami rumah aman bencana, sebagai contoh tidak membangun
rumah di tanah yang rawan longsor. Ketiga adalah, anggota keluarga membuat
rencana siaga bencana. Keempat anggota keluarga memahami peringatan dini
bencana, dan Kelima anggota keluarga mampu melakukan evakuasi mandiri.
Alangkah eloknya jika ke lima pilar itu, oleh anggota forum,
bisa dijadikan bahan pendampingan/pembinaan KATANA dalam program SDSB dan Sapa
Destana. Tentunya, mereka yag akan dilibatkan dalam program SDSB dan Sapa
Destana, haruslah mumpuni. Untuk itulah, tidak ada salahya jika pasca lebaran
ini pengurus forum mengagendakan peningkatan kapasitas anggotanya agar semakin
banyak yang terlibat/dilibatkan dalam upaya pengurangan risiko bencana kepada
masyarakat, khususnya yang berdiam di kawasan rawan bencana.
Artinya, semakin banyak yang bisa menjadi fasilitator dalam program SDSB dan Sapa Destana, termasuk menjadi pemandu dalam kegiatan sosialisasi program satuan pendidikan aman bencana. Maka, itu menjadi pertanda keberhasilan pengurus dalam upaya merangkul para pihak (pentahelix), khususnya dalam upaya membangun KATANA, seperti yang diharapkan oleh mantan Pangdam Brawijaya itu. Tentunya dengan terus mengupayakan terwujudnya visi FPRB yang pernah disampaikan oleh Pak Lilik, Pak Papang, dan Mbak Ninil, beberapa waktu yang lalu. Wallahu a’lam bishowab. Salam tangguh, salam literasi. [eBas].
Post a Comment