News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Ketika Jagongan Menjadi Salah Satu Media Meningkatkan Kapasitas Relawan

Ketika Jagongan Menjadi Salah Satu Media Meningkatkan Kapasitas Relawan

Surabaya Jawa Timur – Seperti biasanya, BaseCamp relawan di Keputih tidak pernah sepi dengan kegiatan jagongan sambil ngopi. Kali ini komunitas yang dipimpin oleh Alfin, ngobrol santai membahas pentingnya relawan meningkatkan kapasitas. Walaupun situasi belum memungkinkan, kegiatan ini tetap mengedepankan anjuran protokol kesehatan. 

"Sungguh bencana Semeru memberikan pelajaran bahwa, tentang betapa pentingnya seorang relawan selalu meningkatkan kapasitas pribadi. Disamping aktif di bidang pencarian dan evakuasi yang memerlukan stamina lebih, tidak ada salahnya relawan juga aktif membantu di klaster lain, misalnya di dapur umum, edukasi dan psikososial,” Kata Santo mengawali  obrolan kamis (24/03/2022) malam jumat.

Santo, yang juga ketua FPRB Kabupaten Tulungagung mengatakan bahwa masih banyak relawan yang belum memahami Perka nonor 17 tahun 2011, tentang relawan penanggulangan bencana. Bahkan tidak menutup kemungkinan, karyawan BNPB dan BPBD juga belum paham.

Buktinya, masih sering muncul anggapan bahwa relawan itu merupakan tenaga angkut yang bisa digerakkan untuk mengangkut logistik dari truck ke gudang penyimpanan, begitu juga sebaliknya saat logistik akan didistribusikan. Padahal, sesungguhnyalah relawan itu beda dengan tenaga angkut yang banyak mangkal di pasar.

Sambil menikmati Teh manis, dia bilang bahwa di dalam Perka 17 itu jelas dijabarkan tentang hak dan kewajiban seorang relawan, serta perannya saat pra bencana, tanggap darurat, dan pasca bencana. Sehingga saat di lapangan mereka memahami akan prinsip kerja relawan. Diantaranya, koordinasi, transparansi, kemitraan, pemberdayaan dan non diskriminatif.

“Disana juga dijelaskan tentang panca darma relawan penanggulangan bencana, yang meliputi, Mandiri, Profesional, Solidaritas, Sinergi, dan Akuntabel. Untuk bisa mencapai seperti harapan itu, tentunya harus rajin meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap melalui berbagai media yang ada. Termasuk jagongan seperti ini,” Tambahnya.
Terkait dengan kecakapan atau kapasitas yang diharapkan bisa dikuasi oleh relawan, juga dijelaskan dengan gamblang di dalam Perka tersebut. Diantaranya kecakapan pendidikan, kaji cepat bencana, evakuasi, logistik, pengelolaan lokasi pengungsian, dan hubungan media dan masyarakat.
Jagongan yang berlangsung gayeng itu juga membicarakan tentang satuan pendidikan aman bencana (SPAB) yang diprogramkan BPBD provinsi Jawa Timur itu, kiranya perlu ditingkatkan kebermanfaatannya bagi warga sekolah. 
Mengingat program ini telah mendapat apresiasi positif dari BNPB, sehingga tidak terlalu salah jika perlu dijaga dan ditingkatkan mutunya. Bukan sekedar program yang mementingkan daya serap anggaran.
“Tidak ada salahnya jika semakin banyak relawan yang menguasai materi SPAB, sehingga akan terjadi percepatan gerakan literasi kebencanaan berbasis SPAB, dalam rangka membangun budaya sadar bencana di Jawa Timur,” Kata Alfian, salah satu anggota Tim SPAB.
Terkait dengan inisiasi pembentukan FPRB Kota Surabaya, ternyata prosesnya masih panjang. Diperlukan sosok yang mampu membangun komunikasi dengan berbagai elemen pentahelix agar bersatu membentuk FPRB dengan segala programnya. 
Ya, perlu sosok yang memiliki akses ke Pemkot agar bisa mengajak pejabatnya untuk duduk bersama menyamakan frekwensi tentang pentingnya membentuk FPRB sebagai mitra BPBD, sekaligus memudahkan koordinasi ketika ada kejadian yang tidak diinginkan. [eB]

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment