Pembentukan Destana Untuk Membangun Masyarakat Sadar Bencana
Surabaya Jawa Timur - Salah satu upaya yang dilakukan dalam
pengurangan risiko bencana yaitu dengan membentuk Desa Tangguh Bencana
(Destana). Pesertanya dari perwakilan Desa yang ditunjuk. Dalam pembentukan
destana ini, ada beberapa staf dari BPBD setempat yang diikutkan sebagai
peserta.
Keikutsertaan staf BPBD dalam kegiatan ini diharapkan bisa
menjadi penyemangat sekaligus mendampingi tindak lanjut pasca pembentukan
destana dengan program nyata yang disusun seperti arahan fasilitator.
Menurut Zaenal Fattah, seorang fasilitator destana yang
bertugas mendampingi pembentukan destana di Kabupaten Situbondo dan Kabupaten
Sampang, mengatakan bahwa dalam kegiatan ini, yang penting adalah prosesnya
dalam memahami materi. Sehingga pesertanya paham dan bisa mengerjakan apa yang
ditugaskan oleh fasilitator.
“Tahun ini, BPBD
Provinsi Jawa Timur memprogramkan pembentukan 40 destana yang tersebar di
beberapa Kabupaten/Kota di Jatim. Namun tidak tertutup kemungkinan
masing-masing BPBD Kabupaten/Kota menganggarkan sendiri pembentukan destana,” katanya
saat wawancara dengan penulis, Jumat (18/02/2022) siang.
Masih menurut pria yang memiliki hobi masak ini, tujuan dari pelatihan diantaranya adalah mendorong kesiapsiagaan warga Desa/Kelurahan dalam menghadapi bencana, serta dapat mengidentifikasi ancaman, kerentanan serta kapasitas mereka untuk menghadapi bencana.
Disamping menyusun berbagai dokumen kebencanaan, peserta
juga diberi pelatihan mengenali potensi bencana yang ada di daerahnya,
bagaimana mengurangi risiko bencana
serta apa yang harus dilakukan ketika terjadi bencana sebelum bantuan
dari pihak luar datang.
Harapannya, pasca pembentukan destana, pengurusnya bisa
membuka jejaring kemitraan dengan berbagai komunitas relawan yang ada untuk
membangun kolaborasi diantara mereka guna menumbuhkan kesadaran masyarakat
dalam upaya pengurangan risiko bencana.
Hal ini sejalan dengan pendapat Anin Faros, yang mendampingi
destana di Kota Probolinggo, bahwa ketangguhan masyarakat tidak bisa didapatkan
secara instan, perlu proses panjang dan berkesinambungan. Dimulai dengan
membangun kesadaran bahwa bencana adalah urusan bersama. Bukan hanya tanggung jawab Pemerintah saja.
“Masyarakat sebagai pihak terdampak langsung ketika ada
bencana perlu diberikan bekal untuk mampu mengenali potensi ancaman yang ada di
wilayahnya. Kemudian menyiapkan strategi agar mampu meminimalisir risikonya,” katanya.
Sementara, menurut pria yang juga ditugasi oleh BNPB mengelola desk relawan bencana awan panas guguran Gunung Semeru ini, biasanya acara pembukaan pelatihan dan pembentukan destana itu diselenggarakan di Balai Desa/Kelurahan, dengan dihadiri oleh BPBD Provinsi, BPBD Kabupaten/Kota, serta pejabat setempat dan tokoh masyarakat.
“Sedangkan tugas fasilitator diantaranya adalah melakukan
fasilitasi dan pendampingan kepada masyarakat desa dalam menyusun dokumen
penanggulangan bencana, melakukan fasilitasi dan pendampingan untuk
berkoordinasi dengan para pihak terkait serta elemen pentahelix lainnya agar
keberadaan destana bermanfaat dan lestari,” jelasnya. [eB]
Post a Comment