News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Membangun Ide Pengurangan Risiko Bencana Lewat SDSB

Membangun Ide Pengurangan Risiko Bencana Lewat SDSB

Surabaya Jawa Timur - Dalam rangka menyusun kegiatan yang bisa diikuti oleh berbagai komunitas, tentu diperlukan perencanaan yang matang. Untuk itu perlu ada acara duduk bersama membahas kegiatan dimaksud.

Dengan mengadopsi program sambang dulur sinau bareng (SDSB), beberapa wakil dari komunitas relawan mengadakan rembugan di BaseCamp nya Jama’ah LC, di Kelurahan Keputih, Kecamatan Sukolilo, Kota Surabaya, Minggu (27/02/2022) sore.

Kegiatan diawali dengan berbagi cerita tentang peran sertanya saat respon bencana awan panas guguran Gunung Semeru. Masing-masing dari mereka berangkat atas nama komunitasnya. Di lokasi, mereka sibuk membantu sesuai kemampuan.  Diantaranya, saling bergotong royong ikut melakukan evakuasi, distribusi logistik, penyiapan tempat pengungsian, membantu pendataan warga terpapar, dan lainnya. Termasuk melakukan layanan psikososial.


Setelah beberapa waktu berkegiatan di lokasi (biasanya seminggu, bahkan lebih), mereka pun balik kanan, digantikan oleh relawan yang baru datang. Sering kali mereka tidak laporan di Posko Induk, dengan berbagai alasan. Sehingga tidak tercatat identitasnya.

“Setelah masa respon selesai, kami undur diri, diganti oleh relawan lain yang lebih mengerti masalah rehabilitasi dan rekonstruksi. Biasanya meraka adalah relawan dari sebuah lembaga yang mumpuni dibidangnya, termasuk dukungan dana operasionalnya,” kata salah seorang peserta rembugan.

Ya, tampaknya belum semua relawan telah memahami Perka BNPB nomor 17 tahun 2011 tentang relawan penanggulangan bencana. Bahkan, tidak menutup kemungkinan, pihak BPBD pun juga ada yang belum paham. Sehingga perlu ada media untuk memahaminya secara bersama.

Namun perlu juga dipahami bahwa banyak komunitas relawan yang berangkat ke lokasi bencana disesuaikan dengan kelonggaran waktu yang tidak berbenturan dengan kesibukan pekerjaan dan dana pribadi untuk mendukung operasional selama di lokasi.

Kondisi ini kadang menjadi kendala tersendiri terkait dengan upaya pendataan keberadaan relawan yang turut berpartisipasi di lokasi bencana, melalui Desk Relawan yang dibuat oleh BNPB.


Ya, ternyata banyak yang harus dibenahi dalam penanganan bencana Semeru, termasuk peran agen bencana dan sistem komando penanganan darurat bencana (SKPDB) yang perlu ditingkatkan lagi, khususnya dalam melakukan koordinasi dan komunikasi dengan berbagai komunitas relawan yang berdatangan dari berbagai daerah. Mungkin perlu mendorong Forum PRB untuk mengadakan evaluasi atau membuat rekomendasi kepada pihak terkait.

“Ingat lho, di bulan Maret ini paling kita hanya bisa membuat dua kegiatan. Karena bulan April sudah masuk bulan Ramadhan sehingga tidak memungkinkan membuat kegiatan out door. Apalagi konon Maret, April, konon menjadi puncak wabah covid-19 varian omicron yang perlu diwaspadai,” kata Heru.

Gelaran rembugan sore menghasilkan beberapa rencana. Diantaranya perlu mengadakan pelatihan penanggulangan penderita gawat darurat (PPGD), Ngobrol Asik tentang Destana dan SPAB, serta Pelatihan Water Rescue.

“Untuk Gerakan Resik-resik Pantai, sedang dibuatkan TOR nya oleh mas Pugut, semoga bisa dieksekusi di bulan Maret ini,” kata Ndaru optimis. [eB]

 

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment