Posma Sebagai Tempat Belajar Literasi Kebencanaan
Lumajang Jawa Timur - Forum Pengurangan Risiko Bencana (PRB)
Jawa Timur, melalui pos bersama (Posma) di daerah Candipuro, Kabupaten
Lumajang, melakukan tugasnya mendampingi para penyintas bencana awan panas
guguran Gunung Semeru, dengan berbagai kegiatan yang bermanfaat.
Disamping itu, Posma juga membuka diri untuk menggelar
diskusi informal bersama relawan untuk saling berbagi pengalaman dalam rangka
penguatan kapasitas, khususnya kepada relawan lokal di wilayah Kabupaten
Lumajang, sehingga mereka mampu berperan dalam tugsa-tugas kemanusiaan di tiga
fase penanggulangan bencana.
Hal ini terlihat saat kawan-kawan di Posma, yang kebetulan
petugas piketnya adalah Zainal Fatah, sabtu (29/01/2022) kedatangan beberapa
relawan dari Desa Sumbermujur. Sambil menikmati kudapan ala kadarnya, mereka
berdiskusi tentang banyak hal, terkait dengan penanganan penyintas.
Kata Zainal, mereka punya semangat yang tinggi, dari awal mereka sudah bergerak, membantu evakuasi warga terdampak sebelum pemerintah dan relawan dari luar daerah berdatangan. Pada kesempatan itu, Posma memberikan kacamata google sebanyak 25 buah untuk mendukung kegiatan pemantauan daerah yang masih rawan.
Pada kegiatan tersebut, Zainal dan kawan-kawan mengapresiasi
kiprah relawan lokal yang tetap bersemangat melaksanakan tugas kemanusiaan
membantu pemerintah dalam mendampingi penyintas. Mereka secara berkala
melaporkan kegiatannya, sekaligus mencarikan bantuan yang diperlukan penyintas.
Dalam kesempatan itu, Zainal, menyampaikan tentang
pentingnya penguatan kapasitas relawan dalam hal upaya pengurangan risiko
bencana maupun penanggulangan bencana.
Menurut pengurus Forum PRB Jawa Timur ini, penguatan
kapasitas merupakan upaya yang dilakukan individu, organisasi maupun kelompok
dalam meningkatkan kemampuan agar tujuan bisa tercapai.
“Kami berharap agar kapasitas relawan lokal meningkat dengan
kegiatan informal seperti ini. Menurut kami, melalui jagongan juga bagian dari
kegiatan literasi untuk menambah wawasan. Jadi tidak harus dilakukan secara
formal,” ujarnya.
Menurut pria dari Kota Sampang, Madura, kegiatan ini secara tidak langsung akan memperluas jejaring kemitraan dan memudahkan koordinasi dan komunikasi, khususnya yang terkait dengan pengadaan bantuan untuk memenuhi kebutuhan penyintas tanpa melalui prosedur yang berbelit-belit.
Kegiatan literasi melalui jagongan informal yang dilakukan
oleh Zainal dan kawan-kawan itu dengan melakukan kegiatan penguatan kapasitas
yang dikemas secara informal itu dapat merubah perilaku untuk meningkatkan
kemampuan individu dalam pengetahuan, keterampilan dan sikap berorganisasi.
“Yang namanya proses itu perlu waktu dan harus dilakukan
secara terus menerus. Mustahil sekali jagongan langsung bisa pahan dan
menerapkan di organisasinya yang telah memiliki karakter tersendiri,” pungkasnya.
[eb]
Post a Comment