Huntara Untuk Relokasi Penyintas Pasca Bencana APG Gunung Semeru
Surabaya Jawa Timur -
Menurut bencanapedia, Hunian sementara (huntara) adalah tempat tinggal
sementara selama korban bencana mengungsi, baik berupa tempat penampungan
massal maupun keluarga, atau individual. Huntara tersebut bisa menggunakan
bangunan yang sudah ada atau tempat berlindung yang bisa dibuat dengan cepat
seperti gubug darurat, tenda, dan sebagainya.
Tujuan dibangunnya huntara untuk mengamankan pengungsi
dengan menjauhkannya dari tempat bencana. Bangunan huntara yang meliputi sarana
dan pra sarananya hampir semuanya bersifat non-permanen untuk menekankan
fungsinya sebagai tempat tinggal pada masa transisi.
Pembangunan huntara individual di antaranya dengan
mempertimbangkan aspek jumlah anggota keluarga, bahan bangunan, serta lokasi
yang diinginkan untuk mendirikan huntara. Konon huntara yang dibangun dengan
pendekatan individual, memiliki tingkat okupansi dan kepuasan lebih tinggi
dibandingkan dengan yang komunal.
Apa yang disampaikan di bencanapedia itu kini sedang
diterapkan di kawasan Relokasi bencana APG (Awan Panas Guguran) Gunung Semeru,
di Desa Sumbermujur, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang Jawa Timur.
Semua dilakukan dalam rangka pemulihan atau mengembalikan
kondisi lingkungan yang rusak atau kacau akibat bencana seperti pada mulanya.
Pemulihan ini tidak hanya dilakukan pada lingkungan fisik saja tetapi korban
yang terkena bencana juga diberikan pemulihan baik secara fisik maupun mental.
Rencananya, setiap huntara akan ada ruang tamu, kamar tidur, kamar mandi serta fasilitas penunjang lainnya, dengan anggaran 15,7 Juta Rupiah, setiap unitnya. Lahan yang disediakan Pemda Lumajang seluas 81 hektar untuk 1.500 huntara.
Tentunya sudah ada kajian yang mendalam dengan melibatkan
berbagai pihak terkait kelayakannya sebagai “kampung baru” yang layak huni bagi
penyintas pasca bencana.
Pendirian huntara ini tidak hanya dilakukan oleh pemerintah
daerah Kabupaten Lumajang, namun berbagai lembaga swasta dengan anggaran yang
dimiliki, siap membantu mendirikan beberapa huntara sesuai kemampuannya.
Ada juga komunitas relawan yang membantu membersihkan dan
merenovasi mushola/masjid, sanitasi dan fasilitas umum yang rusak, serta
membangun MCK, dan membersihkan jalan desa. Sementara itu berbagai bantuan
terus mengalir dari donatur untuk dibagikan ke warga terdampak.
Bahkan, ada komunitas relawan, dengan inisiatif sendiri
mengajak warga terdampak untuk bergotong royong membangun huntara di luar
agenda pemerintah daerah. Dengan menggunakan teknik partisipatori, mereka
mengajak warga untuk mengkaji dan merencanakan pendirian huntara sesuai dengan
kearifan lokal.
Tentu, harapannya pembangunan huntara cepat selesai,
sehingga warga yang terdampak bencana Semeru bisa segera menempati dan bisa
melakukan aktifitas kehidupan secara normal kembali. [eB]
Post a Comment