News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Pentingnya Penyuluhan Bahaya Banjir Melalui Pendidikan Nonformal

Pentingnya Penyuluhan Bahaya Banjir Melalui Pendidikan Nonformal

Surabaya Jawa Timur - Sudah menjadi kelaziman, setiap musim penghujan, dapat dipastikan akan diikuti pula oleh munculnya berbagai bencana, salah satunya adalah bahaya banjir. Di berbagai daerah, kedatangan banjir sering diikuti dengan timbulnya kerugian harta benda yang tidak sedikit, bahkan kematian.

Mungkinkah pegiat pendidikan nonformal (dalam hal ini tutor), seperti pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM) di Kota Batu, mau dan bisa menyampaikan pesan-pesan pengurangan resiko bencana yang intinya menyadarkan masyarakat akan bahaya banjir dan upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk menghindarkan, atau paling tidak mengurangi akibat banjir yang lebih besar lagi ?.

Dengan kata lain, mampukah pegiat pendidikan nonformal menterjemahkan konsep keaksaraan bencana yang memfokuskan pada upaya penumbuhan pemahaman, kesiapsiagaan dalam menghadapi tanda-tanda sebelum, pada saat, dan setelah terjadi bencana, termasuk upaya pemulihan trauma pasca bencana ?.  

Curah hujan yang tinggi di daerah perbukitan/pegunungan yang rusak vegetasinya, seringkali diikuti oleh munculnya bahaya tanah longsor maupun terjadinya banjir bandang yang mengancam bahkan merusak harmoni lingkungan hidup flora fauna.

Penyebab utama banjir, konon karena curah hujan yang tinggi diatas normal, saluran air tidak mampu menampung air sehingga meluap dan menggenangi daerah sekitar. Untuk daerah pesisir pantai, seringkali terjadi rob, yaitu masuknya air laut ke daratan. Kondisi ini sangat menyibukkan banyak pihak.

Bukan itu saja, pembuangan sampah di sungai yang bisa mengakibatkan cepatnya proses sedimentasi dan penyumbatan saluran air, rusaknya lereng gunung akibat alih fungsi hutan menjadi lahan produktif sehingga daerah resapan air berkurang dan sumber mata air mengecil karena akar tanaman penyimpan air tidak ada.

Begitu juga dengan maraknya pembangunan pemukiman di daerah perbukitan dan terjadinya penyerobotan tanah bantaran sungai yang dijadikan pemukiman liar serta terjadinya penyempitan luasan sungai karena sengaja di reklamasi untuk lahan pemukiman liar.

Tentunya dengan bahasa yang mudah dipahami oleh masyarakat, maka pesan-pesan yang disampaikan oleh tutor, akan mempercepat proses penyadaran akan pentingnya menjaga lingkungan alam sekaligus tetap waspada terhadap terjadinya bencana banjir.

Para pegiat pendidikan nonformal pun hendaknya juga menjelaskan apa saja yang harus dilakukan  sebelum terjadinya banjir, seperti (a) Mengenali tempat kerja/tempat tinggal sekitar apakah termasuk daerah rawan banjir atau tidak, (b) Tidak membuang sampah di Got atau Sungai, (c) Membersihkan saluran air, membakar sampah, (d) menjaga daerah resapan air dan sumber mata air dengan cara menghijaukan lereng gunung dan hutan yang gundul dengan aneka tanaman keras, (e) Jika musim hujan mulai datang, amankan barang-barang yang penting dan berharga ditempat yang aman.

Terus pada saat terjadi banjir, yang harus dilakukan adalah, mematikan aliran listrik, mengamankan barang-barang elektronika dan barang berharga lainnya, Jika banjirnya parah, maka sebaiknya segera mengungsi ke daerah yang aman, jika mampu, ikut serta melakukan evakuasi dan penyelamatan korban banjir, membantu mendirikan posko dan dapur umum. Membantu menjaga kebersihan dan keamanan lokasi pengungsian agar tetap bersih dan kering untuk menghindari munculnya aneka penyakit, waspadai penggunaan air  bersih, membantu memantau situasi banjir terkini dan debit air sungai sebagai antisipasi munculnya banjir susulan, Selalu koordinasi dengan pemerintah (dalam hal ini BPBD dan BNPB).

Sedangkan upaya-upaya yang perlu dilakukan sesudah terjadinya banjir (pasca banjir) diantaranya adalah membersihkan rumah dan lingkungan secara bergotong royong, jika perlu dilakukan penyemprotan dengan menggunakan desinfektan, bekerja sama dengan puskesmas/dinas kesehatan kabupaten/kota, membersihkan sumur dan saluran pembuangan (got), waspadai adanya sisa-sisa sampah dan binatang liar yang terbawa banjir.

Sepertinya, tugas penyuluhan yang seperti ini tidak begitu sulit bagi tutor PKBM di wilayah Kota Batu untuk menyisipkan materi kebencanaan dalam proses pembelajarannya, baik itu pada program keaksaraan fungsional, program pendidikan kesetaraan maupun program lain yang menjadi tugas pegiat pendidikan nonformal. Termasuk penyuluhan dasa wisma tangguh. Salam Literasi [eBas]

 


Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment