News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Bencana Banjir Dan Tanah Longsor Terjadi Diawal Musim Penghujan

Bencana Banjir Dan Tanah Longsor Terjadi Diawal Musim Penghujan


Baru kali ini diawal musim penghujan, bencana banjir merendam sejumlah kecamatan di Kabupaten Blitar Jawa Timur. Hal itu mengakibatkan sejumlah warga terpaksa mengungsi, karena ketinggian air yang cukup dalam, tidak seperti biasanya. Mungkin ini sebuah peringatan dini.

Begitu juga dengan daerah-daerah di Kabupaten Malang, Kabupaten Trenggalek, Kabupaten Lumajang dan beberapa Kabupaten lainnya di Jawa Timur yang menjadi langganan banjir tahunan. Harus bersiap diri. Banjir kali ini benar-benar membuat warga kelabakan menyelamatkan harta bendanya. Namun, beberapa hewan piaraannya terpaksa hanyut dan mati.


Beberapa komentar di media sosial, banyak yang mengatakan bahwa kali ini alam tidak sedang bersahabat dengan manusia. Gunung dan bukit sudah tidak mampu lagi menahan derasnya air hujan akibat daerah tutupan pohon banyak yang dibuka untuk lahan pertanian.

Agus Purboyo, seorang pegiat kemanusiaan dan lingkungan mengatakan dalam postingannya, Alam sedang menyeimbangkan diri akibat ulah manusia, yang lupa pada cinta diri, sesama, serta pada lingkungan hidup. Kini, akibat keteledoran itu mulai dirasakan akibatnya. Alam tengah berbalik menebar derita bagi manusia.

Ungkapan Cak Gundul, begitu sapaan akrabnya, seakan mewakili bayak pihak yang prihatin terhadap perusakan alam yang melahirkan bencana. Regulasi tata guna lahan sering disalahgunakan oleh beberapa oknum sehingga terjadi percepatan hilangnya area tutupan lahan. 

Dampaknya jelas, terjadinya perubahan iklim yang melahirkan bencana banjir, tanah longsor, kekeringan kebakaran lahan dan hutan. Hal ini sedang dirasakan oleh warga di wilayah Kabupaten Malang, Kabupaten Blitar, dan darah lain. Termasuk Kabupaten Banyuwangi yang kali ini konon hampir semua wilayahnya diterjang banjir. Padahal biasanya tidak.


Kini banjir mulai reda, (dan semoga terus susut tanpa ada banjir susulan), banjir telah meninggalkan aneka sampah kayu dari hulu, jalanan rusak berlumpur, begitu juga rumah warga. Kini, semua komponen masyarakat bahu membahu membersihkan sampah dan lumpur, sekaligus mendata kerusakan rumah warga dan fasilitas umum serta kerugian lain yang turut terdampak.

Sementara, relawan juga sibuk menyalurkan bantuan dari donatur dan membantu Dapur Umum yang terus beraktivitas memenuhi konsumsi warga. Juga ada yang membantu mendata jumlah warga yang masih mengungsi, dan yang sakit. Dilain pihak, berbagai posko juga berdiri dengan kesibukannya membantu warga terdampak.

Diakhir tulisan ini, ada baiknya menyimak komentar Heru, warga Kepanjen, di media sosial terkait dengan upaya mengurangi risiko bencana, agar kejadian kali ini tidak terulang. Mari kumpulkan datanya berapa luas daerah pinggiran kali/sungai yang berubah menjadi warkop lesehan, kios/toko bahkan tempat tinggal permanen, dengan mengorbankan tutupan lahan.


Memang, masih kata Heru, warga juga butuh hidup, tapi keputusan mendirikan bangunan di sepanjang kiri kanan / stren kali/sungai. Jelas itu merubah daya tampung kali/sungai juga merubah fungsi daerah resapannya. Sedangkan regulasi yang ada bisa disiasati. Sehingga banjir yang terjadi saat ini adalah akibat ulah manusia sendiri yang harus diterima. 

Semoga ini menjadi pembelajaran bersama. Mengingat, bulan Oktober ini adalah awal musim penghujan, bagaimana nanti saat musim penghujan di akhir Desember nanti?. [eB]


Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment